Serunya Keceh di Sendang Senjoyo

Umbul Senjoyo
Umbul Senjoyo merupakan salah satu tower utama yang memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat di kota Salatiga dan Kab. Semarang. (Foto: Dok.Pri.)

Tegar, Yubi, dan Awan secara bergantian berlari dan melompat ke dalam kolam di depannya. Air menyembul tinggi begitu tubuh kecil itu menghujam. Belum tenang riak yang ditimbulkan, bocah kedua dan ketiga kembali menghujam ke dalam air di kolam. Ketiganya menyembul keluar dengan wajah riang. Lalu mereka berenang menuju tepian dan mengentaskan tubuh kecil mereka dari dalam kolam dan melakukan hal yang sama beberapa kali.

Saya mengamati ketiga bocah kecil tersebut dari seberang kolam sambil mengingat kapan terakhir kali saya melakukan hal yang sama. Mungkin satu dekade lalu atau lebih. Sama seperti ketiga bocah tersebut, bagi saya, Sendang Senjoyo juga menjadi salah satu tempat favorit untuk berenang, bermain air, mencuci atau sekadar menjaring ikan.

BACA JUGA:

berenang di senjoyo
Tegar dan Yubi melompat ke dalam kolam sambil bergaya, sedangkan Awan terbahak di belakang. (Foto: Dok.Pri.)

Masa kecil

Sendang Senjoyo terletak di Desa Tegalwaton, kabupaten Semarang. Waktu kecil, saya dan teman-teman harus bersepeda selama lebih dari satu jam dari Salatiga untuk mencapai Senjoyo. Kami berbonceng-boncengan karena hanya beberapa dari kami yang punya sepeda.

Peluh yang membasahi badan dan otot kaki yang kejang karena menempuh tanjakan seakan tak berarti ketika kami sudah terjun ke dalam air di kolam Senjoyo. Kesegaran air Senjoyo seakan menghapus lelah dan dahaga kami sepanjang perjalanan. Sebelum pulang, kami biasanya mencuci sepeda dan menangkap ikan serta udang untuk dipelihara atau pakan kura-kura.

Memandikan kuda di umbul senjoyo
Seorang anak sedang memandikan kuda di aliran sungai Umbul Senjoyo. (Foto: Dok. Pri.)

Mata air Senjoyo tak ubahnya rahim ibu yang selalu memberikan penghidupan bagi warga yang merasakan setiap tetes airnya. Sendang Senjoyo ini adalah salah satu pilar utama yang menopang kebutuhan air untuk keperluan harian. Tak pernah sekali pun airnya mengering walau debitya pernah mengecil.

Tahun 2017, debit Senjoyo kembali naik hingga 1100 liter/detik setelah sebelumnya sempat berada di angka 800. Pohon-pohon besar yang memayungi sekitar sendang menjadi salah satu pemeran utama dalam menjaga kelestarian mata air Senjoyo selain sumur resapan yang dibuat warga sekitar.

mencuci di sendang senjoyo
Mencuci pakaian dan tikar adalah kegiatan umum yang bisa dijumpai di Sendang Senjoyo. (Foto: Dok. Pri.)

Hingga kini Sendang Senjoyo tak banyak berubah. Orang-orang yang mencuci pakaian dan motor tetap menjadi pemandangan utama. Begitu pula dengan anak-anak yang berenang bersama teman dan orang tua mereka seperti Tegar, Yubi, dan Awan. Bahkan di waktu tertentu, kita bisa menyaksikan anak-anak memandikan kuda di sungai Senjoyo.

Warung-warung gorengan dan kopi juga tetap berdiri di tempat yang sama. Yang saya ingat, dulu ada satu makanan khas di warung dekat kolam berenang. Pecel jembak nama makanan tersebut.

Tempat ini kini semakin ramai semenjak banyak ikan mas di dalam kolam utama. Orang-orang kini punya alasan lain untuk datang ke Senjoyo, berenang dan berfoto dengan ikan. Tentu saja ini menjadi berkah tersendiri untuk para pemilik warung dan juru parkir.

memberi makan ikan di sendang senjoyo
Sejak ikan-ikan ditebar di Sendang Senjoyo, memberi makan ikan menjadi salah satu kegiatan wisata di sini. (Foto: Dok. Pri.)

Selain tempat untuk wisata keluarga dan melakukan aktivitas harian, Sendang Senjoyo juga menghidupi banyak orang dari segi spiritual. Sudah sejak lama banyak orang yang datang ke sini untuk mandi atau berendam.

Umumnya orang-orang melakukannya di malam hari menjelang atau selepas tengah malam. Mereka berendam dengan bermaksud untuk membersihkan diri. Bukan hanya secara fisik, tapi juga rohani.

BACA JUGA:

1 Comment

  1. Sudah banyak berubah pasti. Terlihat dari cerita dan foto.
    Dulu, yeah… khas orang jadul selalu ngomong masa lalu, Senjaya dan Kalisumba masih alami. Begitu pun danau kecil di belakang Muncul sebelum ada pabrik air kemasan. Saya tak tahu bagaimana Kali Pancur sekarang.

    Tentang air kali di Salatiga tampaknya makin buruk. Dulu saja kali yang lewat Nanggulan dan Tegalrejo sering berubah warna, tergantung pewarna dari pabrik tekstil di Tlogo.
    Sepuluh tahun lalu saya napak tilas ke Kali Ngipik, Sinoman, tempat saya pernah bermain, ternyata airnya dangkal, penuh sampah plastik.

Comments are closed.