Belajar Peduli Alam Bersama SIBAT dan Naruto

menanam akar wangi
Anak-anak mendengarkan penjelasan tentang akar wangi dari tim SIBAT. (Foto: Dok.Pri.)

Setengah jam setelah kami mengaspal mengikuti arahan peta digital dari layar telepon genggam, akhirnya kami sampai di Kelurahan Sewu. Pak Budi Utomo selaku ketua SIBAT menyambut kami dengan senyum lebar. Darinya dan teman satu timnya, saya dan para siswa akan belajar bagaimana menanam akar wangi, membuat lubang biopori, dan ecobrick.

Fani, salah satu guru, meminta para siswa berbaris. Mereka diberi pendahuluan singkat tentang aturan dan kegiatan yang akan mereka lakukan hari itu. Lalu, Pak Budi mengarahkan kami menuju ke bantaran Sungai Bengawan Solo untuk menanam akar wangi.

Baca juga:

David ‘Naruto’ dari Solo

“Terakhir saya ikut memadamkan kebakaran di Merbabu kemarin, Mas,” tutur David ‘Naruto’ dengan suara berat nan datar.

David ‘Naruto’, (27), begitu ia memperkenalkan dirinya. Rambut kuning menyala, ikat kepala hitam dengan simbol Desa Konoha di bagian dahi, dan kostum hitam dan oranye membuat David benar-benar mirip dengan tokoh manga Naruto.

cosplay naruto
David ‘Naruto’ membantu anak-anak turun ke bantaran sungai. (Foto: Dok.Pri.)

Awalnya saya pikir pihak SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) sengaja menghadirkannya untuk menghibur murid-murid saya. Ternyata, David ‘Naruto’ memang sudah sejak lama melakukan cosplay Naruto ketika menjadi relawan. Ya, David Naruto adalah seorang relawan dan juga cosplayer.

David adalah putra dari Bu Ester yang juga adalah salah satu relawan SIBAT PMI di Kelurahan Sewu. Dulu mereka tinggal di bantaran sungai Bengawan Solo. Banjir menjadi momok yang selalu datang ketika hujan mulai turun. Tak terhitung berapa kali mereka harus mengungsi jika banjir menggenang.

Sampai akhirnya tawaran relokasi dari pemerintah daerah datang. Dengan suka cita mereka mengambil kesempatan itu. “Tanah yang kami dapatkan memang lebih kecil setelah relokasi, Mas. Tapi sekarang kami bisa tenang dan tidak was-was kalau hujan turun,” terang Bu Ester. “Palingan gantian kami yang datang ke sini (bantaran sungai) membantu warga yang kebanjiran.”

Bukan tanpa alasan David memilih karakter Naruto. Tokoh Naruto yang pantang menyerah menginspirasinya. Dengan bangga Ia memperlihatkan kepada saya modifikasi kostum Naruto yang dipakainya agar sesuai dengan standar SAR. “(Warna) oranye kan standar SAR, Mas, jadi saya tetap terlihat kalau sedang di hutan,” imbuhnya.

cosplay naruto
Anak-anak mengerubuti David ‘Naruto’ karena penasaran. (Foto: Dok.Pri.)

Reaksi anak-anak bisa ditebak. Mereka langsung mengerubuti David dengan raut muka penasaran. Pertanyaan-pertanyaan unik terlontar dari mereka, seperti jurus ninja hingga senjata ninja. Mereka benar-benar berpikir jika David adalah ninja.

David pun menjawab dengan tak kalah seru. Dia berkata jika mempunyai beberapa kunai, senjata ninja, dan sudah pernah menggunakannya ketika sedang melakukan tugas sebagai relawan. Anak-anak semakin takjub.

Menanam akar wangi

Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah menanam akar wangi atau yang juga disebut lara setu. Pak Budi bersama timnya mengarahkan anak-anak ke bantaran Sungai Bengawan Solo. Sebelum menanam, kami diberi penjelasan singkat tentang kegunaan akar wangi.

Akar wangi memiliki banyak manfaat. Selayaknya rumput pada umumnya, tanaman dari India ini memiliki akar serabut yang bisa mengikat tanah di tempatnya tumbuh sehingga bisa meminimalisir abrasi yang terjadi di bantaran sungai.

Manfaat lain dari akar wangi adalah aroma wangi yang dihasilkan dari akarnya. “Orang-orang dulu sering menyimpan akar wangi di dalam lemari sebagai wewangian alami,” terang Pak Budi.

Penjelasan tentang akar wangi sudah selesai. David ‘Naruto’ dan tim SIBAT lalu mengajak anak-anak untuk mencari lubang yang sebelumnya telah dipersiapkan. Anak-anak antusias mencari lubang yang akan mereka gunakan untuk menanam akar wangi. Kemudian secara serentak, mereka mulai menanam akar wangi.

Menanam akar wangi bersama naruto.jpg
Menanam akar wangi bersama David ‘Naruto’. (Foto: Dok.Pri.)

Membuat lubang biopori

Selesai menanam akar wangi, David ‘Naruto’ bersama tim SIBAT mengarahkan kami ke tempat teduh. Kami duduk dan mendengarkan penjelasan Pak Budi tentang cara membuat lubang biopori dan fungsinya.

Pembuatan lubang biopori cukup sederhana. Hanya menggunakan alat untuk membuat lubang di tanah dan pipa paralon dengan tutupnya. Awalnya, kita harus membuat lubang berdiameter sebesar pipa paralon dengan dalam kurang lebih 1 meter secara vertikal.

Kemudian, pipa paralon dimasukkan ke dalam lubang dan diisi dengan sampah organik hingga penuh. Selanjutnya tinggal ditutup dengan tutup pipa yang di atasnya sudah diberi lubang terlebih dahulu.

membuat lubang biopori
Anak-anak memasukkan daun kering ke dalam lubang biopori. (Foto: Dok.Pri.)

Fungsi dari lubang biopori adalah membantu air hujan meresap ke dalam tanah dengan lebih cepat. Selain itu, sampah organik di dalamnya bisa diambil setelah dua minggu dan digunakan sebagai pupuk kompos.

Anak-anak kembali diminta untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembuatan lubang biopori. Mereka dengan antusias mengumpulkan daun-daun kering di tanah untuk kemudian dimasukkan ke dalam lubang biopori yang sudah disediakan.

Membuat ecobrick dari botol dan plastik

Kegiatan terakhir yang kami lakukan dalam upaya peduli lingkungan adalah membuat ecobrick. Bahan yang diperlukan hanyalah botol plastik bekas air mineral dan plastik bekas. Kegiatan ini sangat sederhana, tapi memberikan dampak yang luar biasa besar.

Sudah tak bisa disangkal bahwa saat ini Indonesia menempati peringkat dua di dunia sebagai negara penghasil sampah plastik. Penggunaan plastik sekali pakai menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, kegiatan daur ulang sampah plastik juga masih minim. Hanya sekitar 10% sampah plastik yang terdaur ulang.

membuat ecobrick
Anak-anak memasukkan plastik ke dalam botol plastik untuk membuat ecobrick. (Foto: Dok.Pri.)

Pembuatan ecobrick adalah salah satu upaya SIBAT Kelurahan Sewu untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang kian hari kian mengancam, tidak hanya pada manusia, tapi juga satwa. Kita sudah banyak mendengar tentang satwa yang mati karena terjerat sampah plastik atau salah mengiranya sebagai makanan.

David ‘Naruto’ menunjukkan kepada kami cara untuk membuat ecobrick menggunakan botol plastik dan sejumlah plastik bekas. Caranya sederhana. Plastik-plastik bekas tersebut dijejalkan ke dalam botol plastik. Kemudian dengan bantuan sebilah tongkat plastik ditekan sedemikian rupa hingga padat.

Anak-anak lalu menerapkan apa yang dicontohkan David ‘Naruto’. Mereka memasukkan plastik ke dalam botol dan menekannya dengan penuh semangat. Tawa ceria anak-anak riuh menggema. David ‘Naruto’ berkeliling untuk memastikan pekerjaan anak-anak. Sesekali ia mengecek kepadatan plastik di dalam botol menggunakan sebilah tongkat.

Membuat Ecobrick
Hasil jadi ecobrick yang sudah padat berisi plastik. (Foto: Dok.Pri.)

Kegiatan berlangsung dengan penuh suka cita. Anak-anak tampak puas dengan ilmu yang mereka dapatkan hari ini. Ditambah mereka bisa bertemu dengan tokoh Naruto yang selama ini hanya bisa dilihat dari layar kaca saja.

Sama seperti karakter cosplaynya, Naruto, jalan ninja David adalah membantu orang lain dalam misi kemanusiaan.

Langkah kecil ini diharapkan bisa menginspirasi anak-anak agar bisa lebih peduli pada lingkungan. Melibatkan anak-anak dalam praktik bisa jadi adalah salah satu metoda yang lebih baik daripada hanya belajar teori di dalam kelas. Pengalaman yang mereka dapatkan juga bisa langsung diterapkan.