ardiannugroho.com | Penyu sudah menjadi binatang favorit sejak saya masih duduk di bangku SD. Kehebatannya menjelajah lautan menarik perhatian saya, selain umurnya yang panjang. Baru sekali saya melihatnya berenang bebas di lautan ketika snorkeling di Gili Meno. Pesonanya membuat saya terbius untuk mengikutinya. Tanpa sadar saya sudah jauh dari kapal. Sejak saat itu Konservasi penyu selalu berada di daftar kunjungan.
Konservasi Penyu Pacitan
Konservasi penyu di Pantai Taman Pacitan adalah tempat kedua yang saya kunjungi setelah konservasi penyu di Sanur, Bali. Sudah sejak tahun 2012 pemerintah daerah dibantu oleh masyarakat sekitar membangun konservasi penyu ini. Tujuannya untuk melindungi telur penyu yang kerap dititipkan sang induk di pantai ini.
Ada rasa senang bercampur sedih ketika mengunjungi Konservasi Penyu Pacitan ini. Senang bisa kembali bertemu dengan reptil penjelajah lautan ini tanpa harus repot-repot berenang di tengah lautan. Itu pun kalau sedang beruntung.
Sedih rasanya ketika mengingat populasi penyu yang kian turun. Setiap tahun, jumlah penyu yang datang ke pantai untuk bertelur semakin berkurang. Banyak sekali predator alami dan manusia yang memburu penyu beserta telurnya. Belum termasuk banyaknya penyu yang mati karena sampah plastik dan terjerat jaring nelayan yang dibuang di lautan.
Penyu adalah satwa langka yang dilindungi. Hal ini tercantum dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Indonesia tergabung di dalamnya sebagai salah satu negara yang berkomitmen untuk melindungi penyu. Keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan pemerintah Nomor 7 tahun 1999.
Indonesia adalah surga bagi penyu. Dari tujuh jenis penyu yang ada, enam diantaranya bisa ditemukan di Indonesia: Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Pipih (Natator depressus), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea). Ini membuktikan bahwa Indonesia sebenarnya adalah tempat yang nyaman untuk para penyu menguburkan telurnya.
Di Konservasi Penyu Pacitan, saya mengamati tempat penetasan telur. Ada beberapa batang kayu berdiri tegak di atas pasir. Di bawahnya terkubur telur-telur penyu. Telur-telur tersebut sengaja diambil dari pantai di mana para penyu menguburkannya agar aman dari predator. Tinggal masalah waktu hingga akhirnya tukik-tukik keluar dari telur sebesar bola golf tersebut.
Tukik tidak langsung dilepaskan segera setelah menetas. Mereka akan dimasukkan ke dalam kolam penangkaran untuk diobservasi terlebih dahulu. Baru setelah berumur beberapa minggu, tukik-tukik tersebut akan dilepaskan kembali ke laut lepas.
Kehidupan penjelajah laut kecil itu akan dimulai begitu mereka dilepas. Mereka akan mengembara lintas benua hingga dewasa. Sayangnya, hanya separuh dari mereka yang bertahan dan kembali ke pantai ini untuk bertelur. Dan tugas Konservasi Penyu Pacitan untuk memastikan telur penyu aman hingga siap dilepasliarkan.
Video:
Konservasinya masih ada ndk sampai sekarang?