Bersih-Bersih Gunung Kendhil

Gunung Kendhil 

A mountain has no need for people, but people do need mountains,” Earl Hamner, Jr.

Gunung tidak membutuhkan manusia, tapi manusia membutuhkan gunung, begitu kira-kira arti bebas dari kutipan di atas. Tanpa campur tangan manusia, gunung akan tetap bertahan karena gunung memang mempunyai siklus “hidupnya” sendiri. Jika tidak sedang aktif, dia akan memasuki masa hibernasi panjang dan mungkin malah akan tidur selamanya. Sebaliknya, manusia lebih membutuhkan kehadiran gunung. Gunung menyediakan banyak sumber daya alam yang dibutuhkan oleh manusia. Hal paling mendasar yang disediakan oleh alam adalah bahan makanan. 
 
Tidak cuma menyediakan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, gunung juga menyediakan kebutuhan lain khususnya bagi para remaja yang ingin eksis. Bagi para pendaki gunung, berfoto di puncak gunung dengan latar matahari terbit atau matahari terbenam (sambil minum kopi) memang menjadi salah satu syarat yang hukumnya wajib. Apalagi dengan adanya tren berbagi gambar di sosial media dan mudahnya melakukan hal tersebut, banyak orang berlomba-lomba mendaki gunung, bahkan sampai gunung yang sebelumnya jarang didatangi orang, hanya agar bisa mengunggah foto ke media sosial. Lihat saja di sosial media seperti instagram, pasti ada setidaknya satu atau dua foto yang muncul dengan latar belakang pemandangan gunung. Hal ini tentu saja tidak salah, mengunggah gambar lanskap di media sosial bisa jadi merupakan salah satu bentuk syukur kepada Sang Pencipta. Apalagi memang sebenarnya kita tidak boleh mengambil apapun di gunung kecuali foto.

Perjalanan ke Gunung Kendhil dimulai
Perjalanan ke Gunung Kendhil dimulai (dok.pri.)

Seperti halnya koin bersisi dua, ada pendaki gunung yang mencintai alam, tapi banyak juga para pendaki gunung tidak benar-benar mencintai alam. Seringkali mereka mendaki gunung dan mengambil foto tapi lupa mengambil sampah mereka. Lebih sering, mereka yang seharusnya hanya meninggalkan jejak kaki saja, juga meninggalkan sampah. Dan yang terjadi adalah gunung menjadi lautan sampah karena perilaku seperti ini. Padahal sebagian besar sampah yang ditinggalkan bukanlah sampah organik. Yang artinya bahwa butuh waktu sangat lama agar sampah-sampah tersebut bisa terurai, atau bahkan tidak bisa terurai sama sekali. 
 

Walaupun dari kecil sudah dibiasakan untuk membuang sampah di tempat sampah, tapi sayangnya perilaku ini malah memudar seiring dengan bertambahnya usia dan memudar pula kepedulian orang-orang dengan alam. Padahal kalau diingat kembali, alam tidak membutuhkan manusia, tapi manusialah yang membutuhkan alam. Hubungan inilah yang harusnya dijaga agar terjadi sebuah simbiosis mutualisme, hubungan yang menguntungkan satu sama lain.  

Bermaksud untuk memberikan kontribusi kepada lingkungan, 0298streetworkout, sebuah komunitas olahraga di Salatiga, mengadakan aksi bersih-bersih gunung yang diberi nama My Trip My Teni Geni #2. Ini adalah aksi kedua komunitas ini membersihkan sampah di gunung. Aksi pertama diadakan di Gunung Andong yang memang menjadi lautan sampah setelah namanya tenar beberapa waktu lalu. Lebih dari 25 kantong plastik penuh berisi sampah kala itu dan itupun masih belum membuat Gunung Andong benar-benar bersih dari sampah.
 
Di aksi kali ini kami memilih Gunung Kendhil yang berada di Banyubiru, Ambarawa. Gunung Kendhil yang hanya setinggi 1305 mdpl mempermudah kami menyisir gunung untuk mengambil sampah. Sebanyak dua puluh satu orang mengikuti aksi tersebut. Dua darinya adalah orang dari luar komunitas. Kami memang sengaja menyebarkan informasi ini di sosial media dengan harapan masyarakat umum akan tergerak mengikuti aksi kami. Salah satu tamu kami rela datang sendiri dari Semarang untuk mengikuti aksi ini dan saya salut untuk itu. Sebuah kepedulian memang tidak memandang tempat dan waktu.

Petunjuk jalan sudah disiapkan agar pendaki tidak salah jalur
Petunjuk jalan sudah disiapkan agar pendaki tidak salah jalur. (dok.pri.)

Kami mulai mendaki Gunung Kendhil dari basecamp di Dusun Gojati, salah satu desa yang paling dekat dengan puncak Gunung Kendhil. Perjalanan diawali dengan menyisir pematang sawah yang membentang indah di kanan dan kiri kami. Petunjuk jalan dan jalur di pematang sawah mengantarkan kami sampai di luar hutan. Habis dengan jalur pematang sawah, habis pula jalur mendatar yang kami lewati. Dari sini, jalanan menanjak sudah menunggu untuk dilalui. Fisik kami mulai dijajal dari sini.
 
Tak perlu waktu lama untuk sampai di puncak Gunung Kendhil jika mengambil jalur dari Dusun Gojati. Sesuai perkiraan teman saya, kurang lebih diperlukan waktu tiga puluh hingga empat puluh lima menit untuk sampai puncak. Kami memang berencana naik dulu hingga ke puncak sebelum melakukan aksi bersih-bersih gunung karena biasanya sampah-sampah banyak berserakan di sekitar puncak.

Mengisi perut yang keroncongan sebelum memulai aksi bersih-bersih sampah
Mengisi perut yang keroncongan sebelum memulai aksi bersih-bersih sampah

Sampai di puncak, kami beristirahat terlebih dahulu untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Ucil, seperti biasa menjadi koki andalan kami. Satu persatu roti bakar memenuhi perut-perut yang sebelumnya kosong. Tak lupa dia juga memasak air untuk membuat minuman penghangat tubuh karena siang itu halimun mulai datang menghampiri. Setelah tenaga kembali terisi, kami segera memulai aksi bersih-bersih Gunung Kendhil.

Aksi bersih-bersih pun dimulai
Aksi bersih-bersih pun dimulai

Kami berpencar untuk mencari sampah. Sedikit demi sedikit sampah-sampah memenuhi kantong plastik hitam yang kami bawa. Total ada enam kantong plastik. Sebagian besar adalah sampah-sampah plastik, termasuk plastik bungkus permen. Saya tak paham kenapa para pembuangnya tidak membawanya turun dan membuangnya di tempat sampah. Berapa kilogram sih berat sampah plastik?

Plastik menjadi sampah yang paling banyak ditemukan
Plastik menjadi sampah yang paling banyak ditemukan
Selain plastik, salah satu teman kami juga menemukan sebuah surat cinta. Surat yang dibuat oleh seorang yang sedang jatuh hati. Jatuh hati memang indah, tapi apa perlu membuat surat lalu meninggalkannya di atas gunung? Apa mungkin pasangannya akan mencarinya dan membaca pesannya? Ah, entahlah! Mungkin penulisnya terinspirasi dari pesan dalam botol yang biasa ada di film-film.
Sebuah surat cinta yang dibuang
surat cinta yang dibuang

Kira-kira satu setengah hingga dua jam kami mengambil sampah-sampah yang berserakan di puncak Gunung Kendhil. Kami membersihkan gunung dengan harapan ia bisa kembali bernafas lega. Dengan begini, kami bisa tenang kalau binatang-binatang yang lapar dan penasaran tidak memakan sampah plastik yang ditinggalkan. After all, kami hanya mencoba menerapkan seperti yang Sidney Sheldon pernah ucapkan, “Try to leave the Earth a better place than when you arrived.”

Video oleh OecilKriting: