Penggalan lirik lagu Gaudeamus Igitur sayup-sayup mengalun dari pengeras suara di belakang podium wisuda. Lagu wajib di acara kelulusan ini menambah suka cita wisuda di hari kedua, Rabu, 17 Juni 2020. Para guru dan staff memeriksa kesiapan sekali lagi. Saya melirik jam tangan. Sepuluh menit lagi wisuda akan segera dilaksanakan di halaman Focus Independent School.
“Sarung tangan, Mister,” ucap Mbak Ana menyodorkan sepasang sarung tangan putih dari karet. Saya mengambil sembari berucap terima kasih lalu mengenakannya. Selain masker, sarung tangan menjadi perlengkapan wajib sebagai bagian dari protokol kesehatan. Kami tak ingin mengambil resiko lebih besar dengan membahayakan kesehatan anak-anak, orang tua dan kolega.
Sebelumnya muncul keraguan dari para guru untuk melakukan wisuda dikarenakan pandemi Covid-19 yang tengah mengancam. Semua orang tahu bahwa tinggal di dalam rumah adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Menjaga kesehatan menjadi prioritas paling utama. Namun, bak sayur tanpa garam, kelulusan seperti kurang lengkap tanpa adanya wisuda. Apa bisa? Bisa! Hanya saja caranya yang berbeda.
Wisuda memang salah satu momen yang ditunggu, baik oleh sekolah, murid dan juga orang tua. Wisuda menjadi validitas perayaan kelulusan siswa atas kerja kerasnya selama belajar di sekolah. Ibarat bermain gim, wisuda adalah akhir dari satu level sebelum memulai level berikutnya.
Sinar mentari mulai merangkak naik. Suhu mulai menghangat. Satu dua mobil orang tua mulai berdatangan. Beberapa staf memberi aba-aba agar mereka memarkirkan mobilnya berurutan. “Jam sembilan kurang lima menit,” batin saya ketika kembali melirik jam tangan. Lima menit lagi wisuda akan segera dimulai.
Saya menghampiri mobil. Kaca jendela mobil diturunkan. “Acara akan dilaksanakan sesuai jadwal, Pak,” ujar saya kepada orang tua Abel. Lalu saya beralih ke Abel dan bertanya tentang perasaannya menjelang wisuda. “Senang, Mister,” jawab Abel. Antusiasme terpancar dari sorot matanya.
Beberapa anak malah bahkan tidak bisa tidur di malam sebelumnya karena esoknya akan diwisuda. Nyatanya wisuda di tengah pandemi tak menyurutkan kebahagiaan anak-anak merayakan kelulusannya. Mereka tetap senang walau tak bisa berkumpul bersama teman.
Demi menghadirkan keceriaan wisuda pada siswa, sekolah kami mengadopsi layanan drive through pada restoran cepat saji. Jika di tahun-tahun sebelumnya wisuda dilakukan di dalam gedung, kini kami melakukannya di halaman sekolah. Siswa datang bersama orang tua dan tetap berada di dalam mobil hingga dipanggil.
Secara berurutan, staf meminta orang tua menjalankan mobil hingga mendekati podium. Staf membuka pintu dan siswa keluar dari mobil. Miss Harum dengan cekatan membantu siswa membetulkan toga sebelum siswa berjalan menaiki podium. Sedangkan orang tua tetap tinggal dan melihat prosesi dari dalam mobil. Tak satu pun dari mereka boleh turun mengantar anaknya.
Di atas podium, Mr Kris selaku kepala sekolah mengalungkan medali dan memberi sertifikat kepada siswa. Usai mendapat medali dan sertifikat, siswa berpose sebentar untuk berfoto. Dari dalam kelas, guru-guru riuh rendah bertepuk tangan sembari melontarkan ucapan selamat. Siswa berjalan kembali ke dalam mobil, melambaikan tangan dari jendela mobil sebelum akhirnya berlalu pulang.
Acara sambutan dari kepala sekolah, orang tua dan siswa ditiadakan. Tak ada pula kegiatan berfoto bersama satu angkatan. Agenda dipadatkan hanya pada pemberian medali dan sertifikat. Wisuda dilakukan seefisien mungkin untuk meminimalisir penularan covid-19.
Wisuda drive through atau daring di tengah pandemi mungkin awalnya terdengar lucu dan aneh. Tapi siapa sangka banyak orang justru memberi apresiasi. Di tengah gempuran berita tentang covid-19 yang setiap hari mendominasi lini masa, sebuah langkah positif, sekecil apa pun itu, memberikan kegembiraaan berlipat.
Tak dipungkiri, pandemi covid-19 mengubah banyak hal. Hal yang dulu biasa, kini tak lagi terasa sama. Wisuda drive through atau daring adalah salah satu contohnya. Sekarang terdengar lucu, tapi kelak akan terbiasa.
Apa mau dikata; adaptasi harus dilakukan. Kesehatan diutamakan. Kebiasaan harus segera diubah. Ini semua tak lain sebagai upaya menekan penyebaran covid-19 agar pandemi segera berakhir. Semoga disegerakan.