Memompa Semangat Bekerja di Rumah Selama Pandemi

work from home
Meja kerja saya sewaktu bekerja di rumah. (Foto: dok.pri.)

Banyak kebiasaan baru terbentuk semenjak coronavirus menyebar beberapa bulan lalu. Orang-orang dipaksa tinggal di rumah untuk menekan penyebaran Covid-19. Akibatnya, banyak hal terkena imbasnya. Kegiatan bekerja yang biasanya dilakukan di kantor dan tempat umum saat ini harus dilakukan di rumah. Begitu juga dengan kegiatan belajar; kini harus dilakukan di rumah. Tak lagi di sekolah.

Masih jelas dalam ingatan bagaimana saya mempersiapkan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Hampir setiap pagi saya sibuk bersiap diri, seperti bangun pagi, mandi, menyiapkan sarapan lalu jalan kaki ke sekolah. Biasanya sekolah masih sepi ketika saya datang. Hanya ada satu dua guru dan penjaga sekolah. Seiring waktu berlalu, satu persatu guru dan murid berdatangan. Riuh rendah suara anak-anak beriringan dengan meningginya mentari pagi. Mobil dan motor mulai berdesakan di parkiran.

Guru-guru menyambut siswa di lobi sambil mengucap “selamat pagi” sembari tersenyum menyalami anak-anak satu persatu. Banyak anak membalas dengan antusias. Satu dua anak membalas dengan muka lesu. Mungkin pagi itu dia dipaksa bangun ketika sedang mimpi main dengan Tayo atau Little Poni. Siapa yang tak jengkel jika dibangunkan dengan terpaksa, ya kan? Tapi mood anak-anak akan segera berubah ketika mereka sudah bertemu dengan teman sepermainannya.

Baca juga: Ecobrick, Cara Mudah dan Murah Daur Ulang Sampah Plastik

Kini kami memulai pagi dengan cara berbeda. Tak lagi kami harus bangun pagi sekali untuk menghindari macet dan bisa datang tepat waktu. Tak lagi bertegur sapa dan bermain dengan teman sebaya. Tak lagi belajar di kelas, tapi belajar secara mandiri di rumah bersama orang tua dan saudara.

Awalnya bekerja di rumah terkesan menyenangkan. Kita bisa bekerja sambil tiduran di kamar, menonton TV dan bermain gawai di rumah, hingga mengatur waktu sendiri. Tapi ekspektasi memang tak selalu sama dengan realita. Tugas-tugas sekolah kian hari kian menggunung membuat pekerjaan terasa tak pernah habis. Apalagi kita tidak bisa keluar rumah karena ancaman coronovirus. Lama-kelamaan rasa jenuh hinggap menyergap.

work from home
Saya bekerja di rumah memakai baju rapi agar tetap semangat dalam bekerja. (Foto: Nabil)

Tanpa perencanaan yang tepat serta kedisiplinan yang kuat, bekerja di rumah malah akan berakhir menjadi beban. Saya biasa melakukan beberapa hal agar bekerja di rumah terasa menyenangkan, di antaranya:

  1. Membuat to-do list harian tentang hal-hal apa yang harus dilakukan setiap harinya.
  2. Fokus pada satu tugas selama kurang lebih 1 jam, lalu beristirahat selama 15 menit.
  3. Melakukan hobi di waktu senggang, seperti menggambar, membaca, menonton, dan bermain game.
  4. Menelepon teman dan saudara.
  5. Berolahraga di rumah.
  6. Sesekali mengenakan baju rapi agar tetap terkesan bekerja di kantor.

Selain kegiatan di atas, melakukan challenge dengan teman-teman juga bisa mengusir rasa bosan. Mulai dari brush challenge yang sempat viral, foto bersama orang terkasih, ketika sedang membersihkan rumah, koreksi tugas siswa, hingga berpose mengikuti emot ikon. Tantangannya memang receh atau sederhana karena fokus utamanya hanya mengurangi penat ketika bekerja.

work from home
Kami mengompilasi foto dengan tulisan untuk menyemangati siswa yang mulai jenuh dengan tugas-tugas dari sekolah.

Segala sesuatu memiliki batasnya. Sama halnya dengan pandemi ini. Saya percaya coronavirus akan segera berakhir selama kita tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker ketika di luar rumah dan mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer sebelum makan dan menyentuh wajah. Selain itu, ada baiknya kita tetap berada di rumah dan hanya keluar untuk keperluan penting saja, serta menjauhi kerumunan.

Mungkin protokol kesehatan ini akan terasa merepotkan, tapi lebih baik menjaga kesehatan daripada menjadi pesakitan, kan?

Baca juga: Belajar Peduli Alam Bersama SIBAT dan Naruto

2 Comments

  1. hello I love the header of your blog, it is a personal creation? Sherry Rice Falconer

Comments are closed.