Masjid Klenteng, Buah Toleransi Warga Salatiga

masjid klenteng
Masjid Klenteng (Foto:dok.pri.)

Agaknya predikat kota toleran yang disematkan untuk kota Salatiga tak hanya isapan jempol belaka. Survei yang dilakukan oleh Setara Institute menempatkan Salatiga sebagai kota paling toleran nomor dua di Indonesia setelah Singkawang. Sebagai orang yang lahir dan tumbuh besar di Salatiga, saya mengamininya. Masjid Klenteng bisa jadi adalah salah satu buah yang lahir dari besarnya rasa toleransi masyarakat Salatiga.

Sekilas pandang, orang akan berpikir bahwa bangunan yang ada di Jalan Abiyasa, Dukuh Krajan, Salatiga adalah sebuah kelenteng. Corak merah, dan strip kuning yang mendominasi dinding bangunan, ornamen lampion bulat berwarna merah bergelantungan di gapura dan beberapa sudut bangunan serta patung kepala naga di atas atap menyiratkan kentalnya budaya Tionghoa.

Namun, jika dilihat dengan lebih teliti terdapat tulisan Allah dan Muhammad di kanan kiri pagar. Di bagian atas gapura juga terdapat kubah kecil dengan lambang bulan sabit dan bintang.

masjid klenteng salatiga
Interior dalam Masjid Klenteng. (Foto: dok.pri.)

Saya melewati gerbang dan mengedarkan pandang di halaman asri yang dipayungi beberapa pohon besar. Di pelataran masjid, beberapa anak sedang asik bermain bola dan sepeda. Satu dua orang datang bermaksud untuk beribadah di masjid yang sedang viral beberapa waktu belakangan ini.

“Nama aslinya Wisma Majlis Taklim Hidayatullah, Mas. Tapi nanti kita akan menggantinya dengan Masjid Klenteng karena warga kan tahunya begitu ya,” ujar Agus Ahmad yang saat ini sedang mengurus proses pewakafan masjid ini.

Masjid Klenteng ini dibangun pada tahun 2005 oleh almarhum Kho Yu Che yang juga seorang mualaf. Warga sekitar lebih mengenalnya dengan nama Yusuf Hidayatullah. Beliau mendapatkan inspirasi untuk membangun sebuah mushala yang kental dengan budaya Tionghoa selepas pulang dari tanah suci.

Selepas peninggalannya berhembus kabar jika masjid klenteng akan dirobohkan. Namun, kini masjid telah berpindah tangan dan sedang dalam proses untuk diwakafkan. Kedepannya, masjid ini akan difungsikan sebagai tempat ibadah dan kegiatan yang berkaitan dengan dakwah agama Islam oleh siapa pun, tidak terbatas pada warga sekitar.

masjid klenteng salatiga
Orang-orang sengaja datang untuk beribadah di Masjid Klenteng. (Foto: dok.pri.)

Agus Ahmad dengan antusias juga bercerita tentang keinginannya menjadikan Masjid Klenteng sebagai tempat untuk belajar berwirausaha bagi anak-anak muda yang sudah lulus kuliah atau pondok. Nantinya mereka akan mendapatkan pelatihan digital marketing selama 4 bulan secara cuma-cuma.

Warga Salatiga memang harus berbangga. Gelar toleransi yang disematkan sudah benar-benar membudaya. Almarhum Yusuf Hidayatullah mungkin tak pernah menyangka jika Masjid Klentengnya kini menjadi simbol toleransi di Salatiga yang layak untuk dijaga. Semoga amal jariyahnya senantiasa diterima oleh Allah Swt.

 

 Baca juga:

2 Comments

Comments are closed.