Semburat rembulan bersinar menerangi malam Surakarta yang kian pekat. Dari sela-sela ranting pepohonan ia mengintip panggung yang sedari tadi masih lengang. Belum ada tanda-tanda kapan akan dimulainya pertunjukan yang dinanti. Namun kesibukan terlihat di pelataran ruang persiapan. Para sinden dan pengrawit mengecek kembali kesiapan kostum sebelum berjalan menuju panggung acara. Malam ini mereka akan meramaikan Taman Balaikambang dengan Sendra Tari Ramayana dengan lakon Brubuh Alengka.
Brubuh Alengka bercerita tentang Rahwana yang marah besar karena bala tentaranya dilibas oleh Rama. Merasa sudah terdesak, Rahwana berencana untuk terjun ke medan laga menghadapi Rama secara langsung. Dengan Aji Pancasona Bumi Rahwana yakin ia bakal menang melawan Rama.
Ajian Pancasona Bumi membuat tubuh Rahwana akan tetap menyatu dan hidup kembali walaupun tubuhnya telah dipisah-pisahkan. Mengetahui keunggulan Aji Pacasona Bumi atau Rawa Rontek milik Rahwana, Rama pun menyiapkan siasat agar kepala dan tubuh Rahawana tidak akan bersatu kembali. Singkat cerita, Rama berhasil mengalahkan Rahwana.
Pementasan Sendra Tari Ramayana kali ini dibawakan oleh pengrawit dan sinden dari Komunitas Gamelan Mutihan dan Widhumataya. Mereka tidak hanya menabuh gamelan dan melantunkan tembang Jawa, tapi juga akan berolahperan sebagai tokoh dalam cerita Brubuh Alengka. Hal ini tentunya menarik mengingat latar belakang mereka yang bukan penari.
Tari Gambyong Pareanom dan Tari Jaipong Bajing Loncat tampil sebagai pembuka. Di belakang mereka tampak sebuah pemandangan yang tak biasa. Para pengrawit dan sindennya mengenakan kostum tokoh Ramayana seperti Hanoman, Trijata, Sinta, Kurawa, Rama dan Cakil. Mereka menabuh gamelan dan menyanyikan tembang Jawa untuk mengiringi tarian yang ditampilkan.
Selepas kedua tarian pembuka, pengrawit dan sinden berganti peran. Kali ini mereka akan menjadi penokoh utama cerita Brubuh Alengka. Para pengrawit dan sinden bergerak lincah di atas panggung sesuai peran mereka. Para penonton dengan serius memperhatikan setiap adegan. Sesekali mereka bersorak ketika Hanoman dan sekumpulan kera berkelahi melawan Kurawa. Semua terlihat begitu menikmati dan tak peduli bahwa para penampil tidak mempunyai latar belakang sebagai penari.
Agnes Serfozo, pesinden asal Hungaria, sebelumnya hanya duduk bersimpuh melantunkan tembang dengan iringan karawitan. Namun kini harus berolahperan di atas panggung sebagai Dewi Trijata. Dewi Trijata adalah putri sulung Arya Wibisana dari negara Alengka. Rahwana memberinya tugas untuk menemani Sinta selama disekap di Taman Argasoka, Alengka. Bagi Sinta, ia bukan hanya seorang teman, namun juga sebagai penolong. Trijata sering mengalangi Rahwana yang selalu berusaha merayu Sinta agar mau menikahinya.
Rahwana sedang mencoba merayu Sinta dengan dihalau oleh Trijata ketika Alengka morat-marit lebih cepat dibanding cerita aselinya. Porak-porandanya Kerajaan Rahwana kali ini bukan akibat dari perang antara pasukan Rahawana dengan pasukan Ramawijaya, namun karena hujan deras yang mengguyur secara tiba-tiba. Semua penonton kocar-kacir mencari tempat berteduh. Termasuk saya. Tinggallah di atas panggung para pemain sendra tari dalam guyuran air hujan.