Eco-Enzyme: Menyulap Sisa Sayuran dan Kulit Buah Menjadi Cairan Serbaguna

Sisa-sisa bukan berarti tak berguna. Kita hanya perlu tahu cara terbaik mengolahnya agar mempunyai daya guna. Itulah yang terjadi pada sampah rumah tangga berupa sisa-sisa sayuran dan kulit buah yang kerap dipandang sebelah mata.

Berbagai macam kulit buah yang menjadi bahan eco-enzyme. (Sumber: Dok.Pri.)

Matahari perlahan bergelincir di atas kepala. Sinarnya mulai terasa menyengat di kulit. Saya melirik jam dan memang sudah waktunya untuk pergi latihan basket. Lagipula cahayanya sudah terlalu keras untuk memotret.

Saya menoleh ke arah Mas Rio untuk mengajaknya pergi. Namun, belum sempat kata-kata meluncur keluar, ia mengajak saya untuk mengunjungi salah satu stan di Festival Dolanan Anak. “Man, mampir ke tempat Yessica dulu yuk,” ujarnya. Karena kenal orang yang dimaksud, saya pun mengiyakan.

Botol dengan berbagai ukuran berisi cairan berwarna coklat berjajar rapi di depan stan. Ketika dilihat dengan saksama, saya bisa melihat berbagai potongan buah beserta kulitnya. Yessica mengambil satu toples, membuka tutupnya, dan memperlihatkannya kepada saya. “Ini namanya eco-enzyme,” terangnya pada saya.

eco-enzyme
Eco-enzyme yang sudah siap digunakan. (Sumber: Dok.Pri.)

Eco-Enzyme

Eco-enzyme merupakan cairan organik yang dihasilkan dengan merendam ampas sayuran dan buah ke dalam air yang dicampur dengan gula merah. Cara membuatnya tergolong mudah. Namun, butuh waktu selama 3 bulan agar bisa benar-benar menjadi eco-enzyme. Yessica menerangkan bahwa untuk setiap 0,6 liter air, kita membutuhkan 60 gram gula merah dan 180 gram kulit buah atau bahan organik lainnya.

Kapasitas Wadah (liter)Air (liter)Gula Merah (gram)Bahan Organik/Kulit Buah (gram)
10.660180
21.2120360
31.8180540
42.4240720
53300900
63.63601.080
74.24201.260
84.84801.440
95.45401.620
1066001.800
Tabel takaran bahan eco-enzyme.

Setelah semua bahan dicampur, kita tinggal membiarkan proses fermentasi berlangsung selama 90 hari. Dalam dua hingga empat minggu awal, kita harus membuka tutup wadah supaya gas yang terbentuk dari fermentasi bisa keluar. Jika tidak dibuka, wadah tersebut bisa meledak seperti yang pernah saya alami.

Saya pernah dikejutkan oleh suara keras seperti petasan di dapur. Dugaan saya, suara tersebut berasal dari masakan ibu. Bergegas saya ke dapur dan mendapati kompor mati. Tak ada apa pun di atasnya. Anehnya aroma manis memenuhi ruangan dapur. Saya mengedarkan pandangan untuk mencari keanehan dan asal suara.

Pandangan saya terhenti pada bekas cipratan air di dinding dekat tempat cuci piring. Botol yang sebelumnya terisi rendaman kulit pisang dan air gula merah kini hampir kosong. Di dekatnya berceceran banyak kulit pisang. Saya baru ingat kalau beberapa hari belakangan tak pernah membuka tutup botol wadah eco-enzyme. Alhasil saya harus membersihkan kekacauan tersebut.

Menariknya, jenis kulit buah yang digunakan akan menghasilkan aroma yang berbeda-beda. Yessica menyodorkan toples eco-enzyme berisi kulit buah jeruk. Aroma masam menghembus kuat bahkan sebelum saya mendekatkan wajah ke toples. Lalu, ia memperlihatkan toples eco-enzyme lain. Seketika tutup toples dibuka, aroma segar menyeruak walau cukup tipis. Kalau ini semangka jawabnya ketika saya tanya kulit buah yang digunakan.

eco-enzyme
Eco-enzyme dengan bahan kulit jeruk. (Sumber: Dok.Pri.)

Cairan serbaguna

Bagai ulat yang harus berpuasa untuk menjadi kupu-kupu yang cantik jelita, segala sesuatu yang baik memang harus mengalami proses. Bahkan untuk yang awalnya kita anggap sebagai ampas. Setelah mengalami fermentasi selama tiga bulan, eco-enzyme akhirnya berubah menjadi cairan organik serbaguna.

Yessica menerangkan bahwa eco-enzyme memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai cairan pembersih lantai, piring, dan baju, hingga pupuk tanaman. Dia juga bercerita bagaimana cairan ini bisa mengurangi bau tidak sedap. “Pernah dulu kami coba disemprotkan ke tumpukan sampah, dan seketika bau sampah berkurang,” terangnya.

Cara penggunaan eco-enzyme juga cukup mudah. Cukup campurkan satu tutup botol eco-enzyme dengan satu liter air. Dan air campuran tersebut siap digunakan sebagai pupuk, cairan pembersih, atau pengurang aroma tidak sedap.

“Kembalikan untuk alam apa yang diberikan oleh alam,” pungkas Yessica menutup pembicaraan kami.

Florentina Yessica memperlihatkan eco-enzyme buatannya.(Sumber: Dok.Pri.)

Tertarik untuk membuat eco-enzyme sendiri? Hubungi Bank Sampah GELIMA (08562682089) atau intip sosial media mereka, IG: @bs.gelima atau FB: BS.GELIMA.

BACA JUGA: