
ardiannugroho.com | Gamelan bertalu-talu. Kendhang ditabuh memimpin irama. Lalu diikuti dengan bonang, kenong, slenthem, demung, dan alat musik lainnya. Ritme musik yang kencang menjadi awal dibukanya pentas sendratari Ramayana dari sanggar Metta Budaya dengan lakon Anoman Obong.
Dalam cerita Ramayana, lakon Anoman Obong tentu saja sudah banyak dikenal oleh banyak orang. Setidaknya orang-orang pernah mendengarnya, walau tidak benar-benar tahu jalan ceritanya. Bagi saya sendiri, lakon ini cukup menarik karena di sini lah awal mula kisah cinta Anoman si Kera Putih.
Bulan bersinar cerah. Padahal beberapa malam sebelumnya mendung selalu mendominasi angkasa. Tampaknya tak hanya saya yang antusias melihat pementasan malam ini. Sang Ratu Malam pun demikian.
Atau, mungkin ia hanya ingin menyaksikan Sinta yang kecantikannya membuat Rahwana mabuk kepayang? Sehingga ia bersedia bertapa selama lima puluh ribu tahun hanya untuk menunggu Dewi Widowati yang menitis menjadi Sinta.

Jatayu melawan Rahwana
Jatayu, raja dari segala burung sedang berkeliling angkasa tatkala ia mendengar jeritan seorang wanita. Mata tajamnya dengan mudah mengenali wanita jelita tersebut. Ia lah Sinta, istri dari Rama, Putra Raja Dasarata yang merupakan temannya.
Bermaksud menyelamatkan Sinta, Jatayu menyerang Rahwana menggunakan paruh dan cakarnya yang tajam. Rahwana terkejut atas serangan mendadak tersebut. Jatayu berada di atas angin. Rahwana terluka hingga jatuh ke bumi.

Bumi menggelegar. Begitu menyentuh tanah, Rahwana kembali bugar. Ini karena ilmu Pancasona miliknya yang ia dapatkan dari Resi Subali. Rahwana tak akan mati selama tubuhnya menyentuh tanah.
Rahwana murka. Diterjangnya Jatayu yang sedang membawa Sinta. Jatayu terkapar. Bersedih ia tak bisa menyelamatkan Sinta. Ia meminta Sinta mencabut sehelai bulunya yang berubah menjadi sebuah pisau. Kelak pisau ini akan menyelamatkan Sinta.
Rahwana semakin pongah. Dibawanya Sinta ke Taman Argasoka yang telah disiapkannya di Negara Alengka. Di taman ini berbagai bunga indah bermekaran. Kumbang dan lebah bermain-main sambil menghisap madu bunga. Entah mana yang lebih indah. Taman Argasoka atau Taman Firdaus.

Sayang beribu sayang keindahan Taman Argasoka tak bisa menyembuhkan kesedihan Sinta. Ia masih saja meratapi nasibnya. Kalau saja ia mendengarkan nasihat dari Laksamana, mungkin sekarang ia masih bercengkerama dengan kekasihnya, Rama. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Di depannya hanya ada Rahawana yang selalu mencoba merayu untuk mengambil hatinya.
Munculnya Anoman
Rama dan Laksamana sedang bertemu dengan para kera untuk mencari cara menemukan Sinta ketika seekor kera putih menampakkan diri secara tiba-tiba. Para kera bertanya-tanya siapa gerangan kera putih ini. Ia kawan atau lawan?

Setelah perdebatan dan perseteruan yang panjang, akhirnya semua percaya bahwa kera putih tersebut adalah kawan. Ia menyebut dirinya Anoman putra dari Dewi Retna Anjani. Kepada Rama ia berjanji akan menemukan Sinta yang sedang disekap di Taman Argasoka.
Setelah perjalanan panjang yang hampir membuat putus asa, tibalah Anoman di sebuah tempat di ujung lautan. Di sini ia bertemu dengan seekor buaya hijau. Perkelahian terjadi. Buaya tersebut dengan mudah dapat dikalahkan Anoman. Dengan kalahnya buaya tersebut, Anoman pun akhirnya bisa masuk ke dalam negeri Alengka.

Sinta dan Trijata
Di Taman Argasoka, Trijata masih dengan setia menemani Sinta yang hampir setiap hari masih bermuram durja. Ia selalu mencoba menghibur Sinta dengan memberinya harapan bahwa Rama akan datang. Walau saat itu sudah beberapa tahun tak terdengar kabar dari Rama.
Sinta semakin pesimistis. Berpuluh purnama ia berada di Taman Argasoka. Setiap hari Rahwana datang merayu untuk menyentuhnya. Setiap hari pula ia menolak keinginan Rahwana dan tetap menjaga kesuciannya. Entah sampai kapan semua ini akan berakhir. Burung-burung pun tak pernah membawa kabar kedatangan Rama untuk menyelamatkannya.

Sinta benar-benar hampir putus asa ketika ia berjumpa dengan Anoman. Anoman memberikan sebuah cincin kepada Sinta. Jika cincin ini bersinar terang berarti Sinta masih suci dan Rama akan datang menyelamatkannya. Demikian pesan Rama yang disampaikan oleh Anoman.
Hancur hati Sinta. Namun, ia tetap memakai cincin di jari manisnya. Cincin tersebut bersinar terang bagai rembulan dalam gelap malam. Sinta masih suci. Anoman bersuka cita. Ia bermaksud kembali untuk mengabarkan berita gembira kepada Ramawijaya.

Secercah tunas harapan tumbuh di hati Sinta yang sebelumnya telah tandus. Penantian panjangnya membuahkan hasil. Rama akan datang menyelamatkannya. Di saat yang sama, tumbuh pula benih cinta Anoman pada Trijata. Anoman menggoda Trijata. Trijata pun tertarik padanya. Kelak mereka berdua akhirnya memadu kasih.
Anoman Obong
Anoman bermaksud mengobrak-abrik negara Alengka sebelum ia pulang ke Maliawan untuk mengabarkan berita suka cita pada Rama. Pohon-pohon dicabut. Rumah-rumah dirobohkan. Anoman sukses membuat huru-hara di tanah Alengka.
Para raksasa murka. Begitu pun Indrajit Sang Putra Mahkota. Dengan pusaka saktinya, Nagapasa, ia menghujani Anoman dengan panah dari angkasa. Anoman tak berdaya dililit anak panah yang berubah menjadi rantai raksasa.

Para raksasa menangkap Anoman. Mereka bersukacita. Ejekan kasar mengarah padanya. Dengan gembira para raksasa mengumpulkan kayu bakar yang akan digunakan untuk membakar Anoman.
Anoman diam saja. Ia bisa saja dengan mudah melepaskan diri. Namun, ia malah menikmatinya.
Rahwana dengan pongah menyalakan api dan mulai membakar kayu. Para raksasa bersorak kegirangan. Mereka berpikir telah menang. Dalam hati, Anoman cekikikan karena api tak bisa melukainya.

Namun, mimpi buruk baru saja dimulai. Saat tubuhnya diselimuti api, Anoman mulai melepaskan diri. Ia melompat dari satu rumah ke rumah lain. Dengan segera nyala api berkobar di setiap sudut negara Alengka. Mulut Rahwana menganga. Negara Alengka telah rata.
Musik gamelan kembali bertalu-talu mengakhiri cerita. Pada saat yang sama, lagu Anoman Obong milik Waljinah terngiang di kepala saya.
bong kobong kobong kobong kobong kobong
bong kobong kobong kobong kobong kobong
bong kobong kobong kobong kobong kobong
Baca juga: