Lahirnya Kera Putih Penangguh Dosa Retna Anjani

Retna Anjani Anoman
Dewi Retna Anjani yang cantik jelita kini menyerupai seekor kera setelah membasuh diri dengan air Telaga Sumala. (Foto: dok.pri.)

Denting gamelan bertalu-talu menggema di dalam aula. Ritmenya berubah dari lambat menjadi cepat lalu kembali melambat. Lampu meredup sebagai tanda acara akan segera dimulai. Kemeriahan menjadi lebih semarak oleh riuh rendah tepuk tangan para penonton. Gemanya menggaung di dalam gedung pertunjukan Taman Balekambang. Malam ini, Sanggar Semarak Candra Kirana Surakarta akan mementaskan satu bagian dari epos Ramayana, lahirnya Anoman Si Kera Putih.

Adegan diawali dengan Dewi Anjani yang dikelilingi oleh para dayang menari di atas panggung. Wajahnya yang semula jelita kini berubah seperti seekor monyet. Bulu putih tumbuh lebat menutupi kulitnya yang mulus bagai sutra. Tak lagi tampak bahari. Namun siapapun yang memandang jauh ke dalam matanya, pasti akan menemukan keteduhan yang menenangkan.

Baca juga: Syukur Penghibur Jalanan Sungai Martapura

Kemalangannya bermula dari kemarahan sang ayah, Resi Gotama. Sang ayah murka manakala mengetahui Dewi Anjani menyimpan Cupu Manik Astagina, sebuah benda yang bisa menampakkan isi jagat raya di dalamnya. Resi Gotama pun akhirnya meminta Dewi Anjani untuk meninggalkan kediamannya setelah melemparkan Cupu Manik Astagina hingga ke negera Alengka.

Cupu Manik Astagina yang dilemparkan, jatuh ke dalam Telaga Sumala yang bening seperti langit tanpa awan. Dewi Anjani yang sedang kelelahan dalam perjalanannya mencari Cupu Manik Astagina sampai pada tepi Telaga Sumala. Melihat air telaga yang jernih, ia lantas mendekat untuk melepaskan dahaganya. Tanpa disangka, dirinya berubah menyerupai seekor kera manakala ia membasuh muka, lengan dan kakinya dan meminum air telaga. Kesedihannya pun membahana.

Lahirnya Anoman
Retna Anjani melahirkan anaknya yang berwujud seekor kera putih yang diberi nama Anoman. (Foto: dok.pri.)

Resi Gotama pun datang dan meminta Dewi Anjani untuk menjalani tapa nyantuka. Ini adalah tapa yang cukup berat karena ia hanya boleh makan dan minum dedaunan dan embun yang tanpa sengaja masuk ke dalam mulutnya. Berhari-hari ia menjalani tapanya untuk menebus dosa atas perbuatannya. Para bidadari dan penghuni hutan dengan senantiasa menjaga Dewi Anjani yang sedang melakukan semedi.

Batara Guru yang melihat dari kahyangan tak sampai hati melihat Retna Anjani melakukan tapa nyantuka. Rasa belas kasihannya berubah menjadi rasa cinta. Ia lalu turun menghampiri Retna Anjani dengan menaiki Lembu Nandini. Batara Guru berkata bahwa ia menerima tapa Anjani. Ia pun lalu meminta Dewi Anjani memakan Daun Ron Jati Malela. Anjani memakannya dan seketika ia mengandung. Di dalam rahimnya tumbuhlah janin seekor kera putih, yang kelak akan membantu Rama mengalahkan Rahwana.

Dalam malam yang kelam dan hening, kilat tiba-tiba menyambar-nyambar. Anjani merasakan kesakitan di perutnya. Janin di dalam kandungannya tak sabar ingin segera melihat dunia. Para dewi segera turun dari kahyangan dan membantu persalinan Dewi Anjani. Tak lama kemudian lahirlah ke dunia seekor kera putih berbulu putih seperti susu dan lembut bagai kapas. Berbahagialah Anjani melihat sang putra yang lahir dari rahimnya. Namun di saat yang sama ia juga merasa sedih ketika mengingat kalau Anoman harus menanggung dosanya.

Sendra Tari Ramayana
Batara Bayu mengasuh Anoman selepas ditinggalkan oleh ibunya. Ia kemudian menjadi ayah Anoman. (Foto: dok.pri.)

Dengan sepenuh hati Anjani merawat Anoman. Segala cinta ia curahkan kepada sang buah hati. Tak sedetikpun ia habiskan tanpa Anoman di sisinya. Kebahagiaannya bersama Anoman telah membuatnya lupa akan kemalangan yang ia dapatkan sebelumnya. Sayangnya kebahagiaannya bersama Anoman tak berlangsung selamanya. Batara Guru datang menjemputnya untuk kembali ke kahyangan meninggalkan anak semata wayangnya meneruskan takdirnya sebagai penanggung dosa atas dirinya.

Anoman masih terlalu kecil ketika ia harus berpisah dengan Dewi Anjani. Sesaat sebelum perpisahan, datanglah Batara Bayu. Dewi Anjani pun menyerahkan Anoman kepada Batara Bayu agar diasuh. Batara Bayu kini berperan sebagai ayah Anoman. Ia mencurahkan kasih sayangnya pada kera putih bagai kapas tersebut. Sebuah ajian sakti pun diberikannya, Aji Sepi Angin. Ajian ini sanggup merobohkan sepuluh gunung dalam sekejap.

Baca juga:

Setelah menerima ajian dari ayahnya, Anoman kembali ke hutan di mana ia dibesarkan. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan anak-anak kecil yang sedang bermain. Maksud hati ingin ikut bermain, tapi ternyata anak-anak tersebut tak menghendakinya. Ia malah mengejek Anoman buruk rupa. Anoman yang tersinggung. Anak-anak kocar-kacir lari ketakutan lalu menghilang.

sendra tari ramayana
Anoman tertidur di pangkuan ibu yang begitu dirindukan. (Foto: dok.pri.)

Anoman kembali memeluk sepi dan berada dalam kesendiriannya. Teringat olehnya peluk hangat ibunya. Rindunya membuncah akan senandung sang ibu yang kerap dilagukan kala ia dalam dekapannya. Dalam lamunannya, ia melihat sang ibu datang menghampiri dan bermain bersamanya. Dengan penuh kasih sayang Retna Anjani membiarkan Anoman bersandar pada pangkuannya sambil mendendangkan lagu Cengga kesukaannya. Anoman larut dalam kesenangannya dan merasa seperti kembali menjadi bayi lagi hingga tak sadar bahwa bayang ibunya lambat laun memudar.

Keheningan kembali menghampiri Anoman. Para penghuni hutan mencoba menghiburnya, namun tetap saja ia merasa sepi. Pada akhirnya di dalam kesepian dan kesunyian itulah Anoman merayapi hidupnya. Ia akan terus hidup dalam keheningan hingga kelak dipertemukan oleh junjungannya, Ramawijaya.

Sendra Tari Ramayana
Dalam kesunyian dan kesepiannya, Anoman berteman dengan para penghuni hutan. (Foto: dok.pri.)