Sebuah kincir api memutar di atas kepala. Sama sekali tak tampak raut muka ketakutan sedikitpun. Malahan, matanya tajam menatap setiap penonton yang penasaran dengan aksinya. Penonton terkesima dan mulai mengambil gawai untuk mendokumentasikan aksi Kai Arsyad – Sang Penghibur Jalanan.
Melihat antusias penonton, ia kembali mengambil dua bilah besi dan menyalakan api pada sumbu di ujungnya. Dengan lincah ia memutar kedua bilah besi dengan nyala api tersebut. Sesekali ia sapukan apinya di kulitnya yang legam mengilat. Seolah memberitahu bahwa ia kebal api.
Baca juga: Debar Canyoning Air Terjun Mancur
Para penonton semakin takjub. Mereka berdecak kagum dengan aksi mirip debus yang ada di pinggir sisi Sungai Martapura ini. Tak cukup dengan atraksi kincir api, ia mengambil sebuah botol berisi minyak dan meminumnya. Kemudian didekatkannya salah satu sumbu api yang menyala ke mulutnya dan menyemburkan minyak yang diminumnya tadi.
Api membulat dan membesar di udara. Ia kini seperti seekor naga api yang bernafaskan api. Penonton terhenyak dan mundur seketika. Beberapa bahkan lari untuk menghindari api. Mereka berseru dan bertepuk tangan. Akhirnya ditutupnya atraksi api dengan cara yang tak kalah unik. Ia memasukan sumbu api tersebut ke dalam mulutnya. Begitu keluar, api sudah padam.
Tinggal api yang ada di kincir di atas kepalanya yang kini masih menyala. Ia meraihnya dan kemudian mendekatkannya ke hidungnya. Jarinya menutup satu lubang hidung dan dengan hembusan kuat, ia memadamkan api di kincir satu persatu. Ia tersenyum meringis memamerkan giginya yang tak lagi lengkap. Raut seram kini berganti konyol.
Pertunjukkan belum selesai. Ia mengambil sebilah pedang dan tameng. Sebuah ukiran khas Suku Dayak menghiasi tameng yang ia kenakan. Tanpa perlu bertanya, saya sudah bisa menduga bahwa ia adalah seorang Dayak. Ditambah lagi dengan berbagai aksesoris yang menggantung di lehernya.
Dengan cekatan ia memainkan pedang dan tameng di tangannya. Sesekali ia berpose serius dan konyol. Para penonton dengan sigap lalu memoto pose-pose kocaknya, termasuk saya. Salah satu aksi yang menurut saya cukup membuat ngilu adalah ketika ia memasukkan ujung pedang ke dalam lubang hidungnya.
Pertunjukan yang mendebarkan itu akhirnya usai. Para penonton bertepuk tangan lalu mendekat untuk meminta berfoto bersama. Setelah itu ia mengedarkan sebuah tas kecil meminta sumbangan seikhlasnya dari para penonton.
Sudah lebih dari dua puluh tahun ia menjadi seorang penghibur jalanan. Usianya yang renta tak membuatnya takut melakukan berbagai aksi menegangkan yang baru saja ia lakukan. Malah, ia terkesan sangat menikmati. Setiap kali saya tanya pernahkah ia terluka sewaktu melakukan aksinya, jawabnya hanya alhamdulillah.
Jawaban yang sama saya dapatkan untuk sebagian besar pertanyaan yang saya utarakan kepadanya. Alih-alih mengatakan luka, duka, atau bayaran yang ia dapatkan, ia berusaha untuk tetap bersyukur pada Tuhan dengan selalu berkata alhamdulillah.
Baca juga: Raungan Tong Setan
Tak lupa, ia selalu memanjatkan doa setiap kali melakukan atraksi. Itulah kenapa saya melihat ia komat-kamit sebelum acara dimulai. “Kita tak boleh melupakan Tuhan,” tuturnya. “Karena apa pun yang kita lakukan tak lepas dari kuasa Tuhan.” tambahnya menutup perbincangan kami.
Hello ,
I saw your tweet about animals and thought I will check your website. I like it!
I love pets. I have two beautiful thai cats called Tammy(female) and Yommo(male). Yommo is 1 year older than Tommy. He acts like a bigger brother for her. 🙂
I have even created an Instagram account for them ( https://www.instagram.com/tayo_home/ ) and probably soon they will have more followers than me (kinda funny).
I have subscribed to your newsletter. 🙂
Keep up the good work on your blog.
Regards
Wiki