Suara knalpot sepeda motor meraung-raung dari dalam sebuah tong raksasa yang terbuat dari kayu. Di depan tangga luar tenda para calon penonton mengantri setelah menebus tiket seharga sepuluh ribu rupiah, termasuk saya. Kami menunggu giliran untuk menonton sebuah atraksi sepeda motor yang akan melaju dengan kecepatan tinggi di dalam tong kayu raksasa tersebut. Inilah salah satu atraksi yang kerap ditemui di acara pasar malam, maupun sekatenan.
Atraksi tersebut bernama Tong Stand, tapi sejak kecil saya dan teman-teman menyebut atraksi tersebut Tong Setan. Perubahan nama itu bukan terjadi karena para joki motor terlihat seram seperti setan atau memakai kostum mengerikan. Namun, agaknya telinga saya yang sewaktu kecil tidak terbiasa dengan bahasa Inggris salah menangkap pengucapan kata stand menjadi setan. Terlebih lagi kata setan lebih mudah diucapkan lidah kecil saya daripada kata stand. Jadilah sampai hari ini saya masih menyebutnya Tong Setan alih-alih Tong Stand.
Kami bergegas naik tangga setinggi kurang lebih empat meter setelah petugas di depan loket membuka pintu tangga. Suara knalpot motor semakin kencang setiap saya berjalan menaiki tangga. Sesampainya di atas, saya melongokkan kepala ke bawah dan terlihat seorang joki sedang memeriksa salah satu motor dua tak yang akan dia gunakan. Sedangkan motor yang satunya bergeming menunggu sang joki.
Gendang telinga saya terasa ditonjok begitu mesin motor dihidupkan. Konstruksi tong kayu raksasa yang seperti corong membuat raungan knalpot motor menjadi berlipat-lipat. Saya langsung menyingkir sambil menutup telinga. Reaksi yang sama juga dilakukan oleh para penonton. Kami terkejut dan tak menduga bahwa suara yang dihasilkan akan sekencang ini. Saya pun segera mencari earplug di dalam tas untuk menyumpal telinga dan menyelamatkan gendang telinga.
Belum reda rasa sakit di telinga akibat dentuman suara kencang knalpot, asap knalpot kini mulai mencekik leher saya. Asap knalpot mulai memenuhi tong dan membuat saya susah bernafas. Posisi atap tenda yang mengerucut dan sangat dekat dengan tong memperburuk sirkulasi udara yang akhirnya dengan sukses menjadi perangkap untuk asap knalpot. Alhasil para penonton harus mengalami dua penderitaan sekaligus, suara bising knalpot dan asap knalpot.
Pengendara kedua masuk ke dalam tong lewat sebuah pintu kecil di dinding. Dia menghampiri motornya dan mulai menghidupkan mesin. Pedal gas ditarik dan raungan motor pun bertambah kencang menjejak gendang telinga. Begitu pula dengan asap yang semakin pekat hingga membuat dada sesak. Hal yang membuat saya heran bercampur kagum adalah ketahanan mereka terhadap suara knalpot yang memekakkan telinga dan asap yang menyendatkan nafas. Apalagi mereka tak mengenakan pengaman sama sekali. Bahkan helm atau penyumbat telinga pun tidak.
Kedua joki tampak sudah mantap dengan motor masing-masing setelah menggeber motornya sebagai pemanasan. Pintu ditutup. Mereka menarik panel gas dan mulai meluncur di dinding tong. Kecepatan yang konstan membuat mereka melekat erat pada dinding tong. Kedua joki tersebut berkejaran naik dan turun dinding tong sambil bergaya di atas motor. Gravitasi seolah-olah hanyalah sebuah teori bualan belaka seperti semut yang dengan leluasa berjalan di dinding tanpa takut terjatuh.
Gemeretak kayu dinding tong tak menyurutkan nyali kedua joki. Nyali keduanya sudah diasah oleh pengalaman sebagai joki Tong Setan atau mungkin kenekatan karena himpitan ekonomi. Sesekali mereka tersenyum kepada penonton. Entah menikmati diri menjadi pusat perhatian atau sebagai penghilang ketakutan. Kedua joki menambah kecepatan laju sepeda motornya. Para penonton terpana. Beberapa menghela nafas sambil menutup telinga.
Seorang penonton tiba-tiba menjulurkan tangannya ke dalam tong. Sepucuk uang kertas lima ribu menari-nari terkena hempasan angin yang dihasilkan dari laju motor di dalam tong setan. Salah satu joki yang melihat saweran tersebut langsung mendekat. Sejurus kemudian dia menyambar uang dari tangan penonton. Kegiatan saweran tersebut lalu diikuti oleh penonton lainnya. Ada yang memberi lima ribu. Ada pula yang sepuluh ribu.
Kedua joki motor tong setan semakin bersemangat menyambar uang saweran yang ditawarkan. Mereka lantas berakrobat dengan melepas pegangan di stang motor, mengangkat kaki atau melambaikan tangan sebagai bentuk terima kasih karena banyaknya orang memberi uang saweran.
Sayangnya kebersamaan kedua joki tersebut tak berlangsung lama. Salah satu joki merasa ada yang salah pada motornya dan memutuskan untuk menyudahi pertunjukkannya. Sedangkan rekannya masih tetap menghibur penonton seorang diri.
Setelah hampir sepuluh menit yang mendebarkan, joki kedua mengurangi kecepatan motor secara perlahan hingga berhenti di bagian dasar tong. Tak ada salam penutup. Tak ada pula tepuk tangan. Raungan tong setan mendadak hening bersamaan dengan perginya para penonton. Hanya asap knalpot yang masih tertinggal. Pertunjukkan telah usai.
Hello ,
I saw your tweet about animals and thought I will check your website. I like it!
I love pets! I have two beautiful thai cats called Tammy(female) and Yommo(male).
Yommo is 1 year older than Tommy. He acts like a bigger brother for her. 🙂
I have even created an Instagram account for them ( https://www.instagram.com/tayo_home/ ) and probably soon they will have more followers than me (kinda funny).
I wanted to subscribe to your newsletter, but I couldn’t find it. Do you have it?
Keep up the good work on your blog.
Regards
Wiki