Taman Sriwedari – taman hiburan rakyat Solo |
Dendangan musik menggema di aula Taman Sriwedari yang terletak di jalan utama kota Solo. Secara otomatis, saya mencari asal muasal suara alunan musik etnik tersebut. Mata saya berhenti di sudut kiri aula. Lima wanita terlihat sedang berlatih menari mengikuti irama dari perkusi dan bass elektrik. Perpaduan gemulai tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya yang anggun seakan memberitahu bahwa perasaan lebih mendominasi gerakan tubuh dibanding pikiran.
Sesekali suara saxophone sopran mengalun merdu di sela-sela ketukan perkusi. Beat musik yang cepat kini mulai melambat. Pun dengan gerakan para penari. Tubuh mereka sudah hafal kapan harus mempercepat tempo gerakan dan kapan harus melambat. Beberapa kali mereka berhenti untuk mengatur kembali gerakan. Menambahkan dan mengubah urutan gerakan dalam tarian.
Kemlaka Etnik musik sebagai pengiring para penari |
“Ini latihan untuk pentas di Jakarta, mas,” ujar Mas Priyo yang menjadi pemimpin perkusi. Kemlaka Etnik begitu dia menamai grup perkusinya. Grup perkusi ini sudah cukup lama menjadi pengisi musik untuk para penari yang dikenal dengan sebutan Pesona Nusantara. Sanggar mereka yang letaknya bersebelahan di dalam Taman Sriwedari membuat mereka sering berkolaborasi.
Tari-tarian tradisional Indonesia memang selalu memukau di mata saya. Setiap tarian pasti sarat dengan makna. Tidak hanya gerakannya, tapi juga musik, kostum, hingga pola ukiran atau batik yang dikenakan. Saya sendiri sudah lupa sejak kapan saya mulai suka menonton tarian tradisional. Tari Bali misalnya, saya paling suka memperhatikan mata dari penari wanita Bali. Sorot matanya begitu tajam seolah-olah mampu menembus pikiran dan hati penonton dalam setiap lirikannya.
Para penari ini masih duduk di bangku sekolah. Mereka terdaftar sebagai mahasiswi dari ISI dan salah satunya bahkan masih duduk di bangku SMKN yang dulunya dikenal dengan nama SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia). Ah, pantas saja kalau mereka masih tampak muda. Menjadi seorang penari memang lebih baik dimulai sedari muda. Bahkan lebih baik sejak kecil. Tubuh anak-anak lebih mudah dibentuk daripada jika belajar saat sudah mulai dewasa. Perbedaan yang kentara biasanya terletak pada gerakan tubuh saat menari. Jika seorang penari belajar menari sejak kecil, gerakan tubuhnya akan menjadi lebih luwes dibanding dengan mereka yang belajar saat dewasa. Tapi, nyatanya tidak semua. Terkadang dengan kerja keras dan latihan yang tekun, para penari yang baru belajar saat sudah dewasa juga tak kalah luwes gerakannya.
Para penari sedang berlatih dengan serius |
Hampir satu jam saya mengamati mereka berlatih menari di pendopo Taman Sriwedari ini. Gerakan-gerakan yang dilatih merupakan perpaduan dari gerakan tarian modern dan tradisional. Pancaran mata mereka begitu serius, tapi juga menikmati gerakan. Saya tak begitu yakin apakah musik yang menyesuaikan tarian, atau sebaliknya. Atau mungkin bisa saja sebenarnya musik dan tarian tidak saling mendominasi, tapi keduanya bermain secara sejajar. Sayangnya mereka sedang tidak menggunakan kostum tarinya saat latihan sore itu. Tapi, yang pasti musik dan tarian itu melebur menjadi perpaduan yang apik sehingga membuat saya juga ikut berdendang walau tak ikut bergoyang.