Cerita Saat Memotret Sunset

“Mas, jane ki ngeker opo? Aku ituk ndelok, mas?” (Mas, sedang meneropong apa? Saya boleh lihat, mas?) sebuah pertanyaan dengan logat jawa kental terdengar dari arah samping ketika saya sedang asik memotret sunset di pinggir sawah. Di sebelah saya berdiri seorang petani tua dengan topi hitam dengan sebuah pacul dan ember kecil dipanggul di bahu kanannya. Dari penampilannya saya tahu kalau dia baru saja dari sawahnya. Rasa bingung terpancar dari wajahnya yang berwarna hitam legam akibat terlalu lama terpapar sinar matahari. Petani tua tersebut penasaran dengan apa yang sedang saya lakukan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya saya lihat dari balik benda berwarna hitam yang saya pegang. “Saget, mbah,” jawab saya dalam Bahasa Jawa halus.
Seorang petani yang penasaran dengan apa yang saya lakukan. (Foto: Dian Pramudita)

Raut mukanya mendadak berseri ketika saya memperbolehkannya melihat apa yang sedang saya incar dari kamera. Seketika dia berjongkok di samping saya dengan diliputi penasaran dan rasa tak sabar. Segera saja saya memperlihatkan kepadanya kalau saya sedang mencoba memotret mentari yang hampir masuk ke persembunyiannya lewat LCD kamera.

Iki ndak koyo seng gambar ning kotak kae, mas?” Tanyanya dengan membuat sebuah simbol kotak di udara menggunakan kedua jari telunjuknya setelah melihat gambar sunset dari LCD kamera saya. Petani tersebut menanyakan apakah gambar di kamera saya sama dengan yang ada di komputer. Segera saja saya mengiyakan dan langsung saja raut mukanya kembali berseri, lebih senang daripada sebelumnya.

Petani tersebut menanyakan jika yang dia lihat di kamera sama dengan yang ada di komputer. (foto: Dian Pramudita)

Lama kami mengobrol tentang kamera dan gambar. Banyak pertanyaan dilontarkan seolah memang sudah lama dipendam. Akhirnya, dengan perasaan puas, petani itu kemudian pergi setelah berterimakasih kepada saya. Salah satu misteri dalam hidupnya sudah terpecahkan. Rasa penasaran yang selalu mengganjal dalam pikirannya kini telah hilang larut oleh angin senja yang bertiup lembut di area persawahan sore itu. Kini dia bisa berjalan pulang dengan langkah yang ringan. Sebelumnya dia bercerita kalau selalu penasaran dengan apa yang dilakukan orang-orang yang sering datang di area persawahannya. Orang-orang yang dijumpainya selalu asyik bermain dengan kamera, memotret sawah dan senja yang setiap hari dilihatnya.

Bisa berinteraksi dengan warga sekitar saat mengambil foto merupakan hal yang menyenangkan. Banyak cerita unik yang bisa digali dari mereka. Mulai dari cerita lucu hingga cerita serius dan juga nasehat-nasehat orang tua. Termasuk juga melihat kepolosan mereka ketika melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Ada yang puas  dengan jawaban yang didapat, ada yang malah semakin penasaran dan ada yang hanya menganggukkan kepala, antara benar-benar mengerti atau pura-pura mengerti. Semua itu adalah bumbu-bumbu yang penyedap yang bisa menambah cerita dibalik foto yang diambil.

Menunggu kemunculan matahari yang akan tenggelam