Resik Kali Njogo Bumi

Resik Kali Njogo Bumi 
Sampah masih menjadi salah satu isu yang sering muncul ketika berbicara tentang tempat wisata di Indonesia. Apalagi jika tempat wisata tersebut cukup hits, maka bisa dipastikan jumlah sampah yang dihasilkan juga banyak. Sayangnya selama ini orang-orang yang membuang sampah secara sembarangan belum mendapat konsekuensi yang setimpal, malahan terkesan sering diabaikan. Ditambah lagi kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sehat belum benar-benar menjadi budaya. Jadilah perilaku ini dianggap biasa, padahal dampak buruk sampah untuk lingkungan luar biasa besar.

Atas dasar kepedulian terhadap lingkungan itulah komunitas olahraga Salatiga, 0298, kembali melakukan aksi bersih-bersih sampah. Setelah dua aksi sebelumnya dilakukan di Gunung Andong dan Gunung Kendhil, kali ini Air Terjun Grenjengan Kembar dipilih karena sesuai dengan tema yang diusung, RESIK KALI NJOGO BUMI, yang berarti membersihkan sungai menjaga bumi.

Anggota komunitas 0298 membersihkan sampah di Air Terjun Grenjengan Kembar
Anggota komunitas 0298 membersihkan sampah di Air Terjun Grenjengan Kembar (dok.pri.)

Hari Minggu pukul 10.00 pagi semua anggota 0298 memacu sepeda motor beriringan menuju Air Terjun Grenjengan Kembar yang terletak di Desa Muneng Warangan, Kec. Pakis, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Kurang lebih setengah jam kami mengaspal untuk mencapai tempat tujuan. Sesampainya di lokasi, kami bertemu dengan Pak Gito selaku Kepala Dusun bermaksud mengutarakan kedatangan kami. Perijinan sudah ditangan. Kami berjalan kaki ke Air Terjun Grenjengan Kembar untuk segera melakukan aksi membersihkan sampah. Batang-batang bambu dan puluhan pohon pinus yang menjulang menjadi peneduh perjalanan menuju air terjun. Semakin dekat kami melangkah, semakin jelas derasnya air yang menghantam batuan di bawahnya. Kami pun segera mempercepat langkah dan mendapati air terjun di ujung perjalanan kami.

Tidak hanya satu, tapi tiga air terjun sekaligus menyapa kami. Dua air terjun terletak bersebelahan memuntahkan air dengan debit yang cukup banyak ke dalam kolam di bawahnya. Sedangkan air terjun satunya terpisah di sebelah kiri. Banyaknya debit air yang ditumpahkan menghasilkan butiran-butiran air halus saat beradu dengan batuan yang kemudian membiaskan sinar mentari dan membentuk lintasan pelangi. Terasa kesegaran dari butiran air yang diterbangkan oleh angin saat menyentuh kulit kami. Udara pun masih bersih. Saya menarik nafas dalam-dalam, memenuhi paru-paru yang terbiasa menghirup pekatnya asap kendaraan dan rokok dengan udara segar.

 

Anggota komunitas 0298 mulai memunguti sampah di sekitar air terjun
Anggota komunitas 0298 mulai memunguti sampah di sekitar air terjun (dok.pri.)

Erfix, ketua 0298, memberikan arahan kepada 20 anggota komunitas sebelum membagikan kantong-kantong plastik untuk menampung sampah. Kami menyebar. Sampah-sampah dipunguti. Sedikit demi sedikit sampah mulai memenuhi kantong plastik kami. Dari sekian banyak sampah yang kami jumputi, sampah plastik paling mendominasi, sama seperti saat di Gunung Kendhil dan Gunung Andong.

Plastik merupakan sampah yang paling banyak ditemui hampir di setiap sudut sungai. Walau kecil dan terkesan biasa saja, sampah plastik sangat berbahaya bagi lingkungan. Plastik yang berserakan akan mencemari air dan mengganggu aliran sungai. Sampah-sampah inilah yang sering menjadi penyebab pendangkalan sungai. Tak hanya itu, sampah plastik juga bisa mengganggu sistem penyerapan air ke dalam tanah. Akibatnya kelembaban tanah akan terganggu. Pada akhirnya suplai air pada tanaman juga kurang bagus.

Plastik merupakan sampah yang paling sering ditemui
Plastik merupakan sampah yang paling sering ditemui (dok.pri.)

Plastik tidak hanya berbahaya bagi aliran sungai saja, tapi juga bagi binatang. Banyak sekali laporan mengenai binatang malang yang ditemukan mati karena sampah plastik. Data dari animalsaustralia.org menyebutkan bahwa sebanyak 100.000 binatang laut seperti penyu, burung, paus, dan anjing laut mati setiap tahunnya karena memakan plastik. Umumnya binatang tersebut mengira plastik sebagai makanan. Terlebih penyu yang sering mengira plastik sebagai ubur-ubur. Plastik yang telah dimakan menyumbat saluran pencernaan dan akhirnya mengakibatkan binatang mati karena kegagalan pencernaan.

Parahnya lagi data Jambeck (2015) menyebutkan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik peringkat kedua dunia, sebanyak 187,2 juta ton setelah Tiongkok. Sebagian besar sampah plastik tersebut berada di lautan. Jumlah sampah plastik itu diperkirakan masih akan terus bertambah setiap tahunnya. Jelas ini bukan sebuah prestasi yang patut dibanggakan.

Sampah yang dikumpulkan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah disediakan (dok.pri)
Sampah yang dikumpulkan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah disediakan (dok.pri)

Mengetahui fakta ini, beberapa waktu lalu pemerintah segera mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar. Tujuannya sih bagus, agar siapa saja yang berbelanja membayar setiap kantong plastik yang akan digunakan. Sayangnya, harga kantong plastik yang ditetapkan masih saja terlalu murah, yaitu dua ratus rupiah. Memang beberapa kota di Indonesia menaikkan harga kantong plastik tersebut hingga tujuh ribu rupiah. Namun, masih banyak kota-kota lain yang tidak terlalu serius menanggapinya. Dan yang menjadi pertanyaan saya adalah siapa yang akan mengawasi kebijakan ini di pelosok-pelosok? Terlebih belum ada sanksi yang bisa memberatkan jika kebijakan tersebut dilanggar. Lagi pula kebijakan kantong plastik berbayar ini hanya saya lihat di mini mart atau swalayan saja. Banyak pedagang kaki lima atau warung yang belum menerapkan hal ini.

Kurang lebih dua jam kami menjumputi sampah di Air Terjun Grenjengan Kembar. Selama kurun waktu tersebut kami berhasil mengumpulkan sepuluh kantong plastik penuh berisi sampah. Kini tugas kami sudah selesai. Nantinya pihak pengelola air terjun tersebut yang akan mengambil kantong-kantong plastik berisi sampah yang sudah kami kumpulkan.

Terkumpul sepuluh kantong plastik berisi sampah
Terkumpul sepuluh kantong plastik penuh sampah (dok.pri)

Kami memang tidak sepenuhnya bisa membersihkan semua sampah yang ada di Air Terjun Grenjengan Kembar. Namun, langkah ini diharapkan bisa mengedukasi generasi muda, khususnya anggota komunitas 0298, dan pengunjung Air Terjun Grenjengan Kembar pada umumnya agar lebih peduli terhadap lingkungan. Terlebih lagi kita harus ingat bahwa alam tidak membutuhkan manusia, tapi manusia yang membutuhkan alam.